Sejak awal sudah terbiasa dengan jadwal yang tertata rapi. Fokus pada tugas poko dan fungsi guru untuk mentransfer semua ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya. Bahkan dari hari, jam, menit sudah terschedulle dengan rinci. Kebiasaan ini adalah sebuah kreasi dari si guru untuk menyiasati agar semua agenda terpenuhi, tak jarang mereka sampai tak sempat mengurus badan sendiri, makan terlambat, makan tak sempat, keluarga tak terawat. Sebuah ironi dimana mereka para guru bisa merawat anak-anak orang lain tapi anaknya sendiri kadang tak terurus.....

Setelah sekian lama dan sekian waktu bergelut dengan waktu akhirnya tibalah saatnya melepas penat. Menghamburkan ketidak sukaan pada rutinitas dengan sebuah acara. Wis wayahe begitulah kata penyanyi Deni Caknan....yah..sudah saatnya tiap akhir pekan guru  merefresh kembali niat dan tujuannya. Tidak ada kesejahteraan tanpa mereka usahakan, mereka tidak mendapat hak cuti, mereka tidak dapat renumerasi, tetapi saat peserta didik libur mereka tetap masuk untuk membuat administrasi. Inilah guru, jadi jika ada guru ikut bergembira bersama para peserta didiknya memang sudah sewajarnya...bergembiralah ibu bapak guru....wis wayahe...