Agung Sudaryono

Seorang pria yang dikenal sebagai "coklat "dulunya..cowok klaten maksudnya, tapi sekarang terdampar di Jogja. Moto hidupnya "khoirukum anfa ahum linnas". Sudah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Luka dan Cedera Pendidikan Kita
Analog yang terjadi di pendidikan kita

Luka dan Cedera Pendidikan Kita

Ibarat sebuah badan yang baru cedera maka pendidikan di negara kita saat ini butuh penanganan yang serius. Badan yang terdiri dari tulang otot dan sendi saling berkait satu sama lain, layaknya sistem pendidikan di negara kita maka jika terjadi sebuah perlakuan dari dalam atau dari luar di luar kemampuan menahan beban tersebut akan terjadi sebuah cedera. Sama dengan pendidikan di negara kita dimana dari dalam sendiri kita baru berusaha memperbaiki sistem baik pendataan siswa guru dan tenaga kependidikan, memlerbaiki sistem ujian kelulusan, memperbaiki segala hal yang perlu untuk mengejar ketertinggalan tingkat literasi kita.

Tekanan beban dari luar tidak kalah beratnya dengan adanya Corona Virus Diseases 19 atau Covid-19 yang menyebabkan cedera di awal tadi menjadi semakin parah, sprain menjadi strain hingga stadium IV. Di negara kita model pembelajaran jarah jauh masih sangat asing dan aneh di telinga kebanyakan pelaku pendidikan. Sistem pendidikan kita belum banyak mengakomodir model pembelajaran jarah jauh ini di masa tanggap darurat Covid-19. Menteri Pendidikan pun yang lulusan luar negeri ternyata juga gagap menghadapi hal ini, terbukti dengan banyaknya masukan yang diminta dari kementerian dari tingkat Paud sampai dengan SMA/K menghadapi physical distancing pada proses kegiatan belajar mengajar ini. Bahkan mas menteri kebanyakan orang menyebutnya, malah menyampaikan bahwa kemungkina distance learning ini akan berlangsung sampai Desember 2020 ini, dan ada usulan untuk menunda tahun ajaran baru selama 6 bulan. Di dunia yang saya geluti ada beberapa teknik yang digunakan untuk mencegah cedera yang terjadi atau bahkan teknik penyembuhannya. Kita bisa melihat anatomi tubuh yang cedera, dalam hal ini kita bisa melihat sub sistem apa yang paling parah terganggu untuk dunia pendidikan, setelah tahu diagnosisnya maka kita akan tahu treatment yang tepat untuk mencegah lebih parah dan mengobatinya. Penanganan untuk dampak pendidikan adanya Covid-19 juga sebaiknya seperti itu, disesuaikan dengan tingkat keparahan dan skala prioritas agar tidak terjadi overlap atau bahkan malpraktik dalam sistem pendidikan kita. Analogi sederhana untuk memperbaiki cedera di dunia pendidikan ini adalah dengan RICE jika di dunia olahraga. Apa itu RICE, sebuah teknik untuk mencegah cedera lebih parah dan cara mengobatinya. RICE singkatan dari rest, ice, compress, elevation. Cedera bagian manapun tindakan yang dilakukan adalah itu sebagai cara Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Setiap sistem yang terganggu baik sistem otot, sistem sendi, siatem peredaran darah semua di diagnosis. Sama dengan dunia pendidikan sistem yang paling parah terdampak itu yang kita prioritaskan. Tangani dulu agar tidak berimbas pada siatem yang lain dalam hal ini kita melakukan rest, istirahatkan. Kemudian ice berikan treat berupa mengompres bagian yang cedera tadi agar rasa sakitnya tidak mengganggu kerja sistem yang lain atau melokalisir sistem yang paling parah. Langkah berikutnya compress yaitu tekan dan tangani bagian ini agar bisa membantu sistem lain bekerja. Terakhir elevation atau tinggikan letaknya tidak hanya dalam hal pasisi, namun meninggikan juga dalam hal psikhis sehingga sistem yang sudah sembuh dan terkendali ini bisa mengangkat bagian lain yang masih belum bisa bekerja dengan baik. Jika benar prediksi menteri pendidikan maka saat ini harus sudah ada compress dan elevation bagi sistem yang sudah mapan, sehingga 6 bulan ke depan kita tidak lagi kelabakan menghadapi tahun ajaran baru dan maauknya peserta didik baru dengan suasana sekolah yang baru. Bahkan kita saja mungkin akan kaget dengan apa yang kita hadapi nanti di tahun ajaran baru, jika tanggap darurat ini masih berlangsung hingga 29 Mei lalu masa recovery, belum lagi dampak domino dari adanya mudik dan pulang kampung yang pasti berekses panjang maka tidak bisa kita hindari nanti tahun ajaran baru kita akan melakukan shift masuk pagi dan siang agar physical distancing berjalan baik, atau lebih buruknya kita harus melakukan distance leraning lebih lama lagi dengan berbagai kendala yang tidak terpikirkan oleh mas menteri baik yang tidak punya gadget, tidak ada signal atau bahkan, tidak bisanya guru mengoperasikan laptop untuk pembelajaran berbasis IT.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sama-sama

21 May
Balas

Terima kasih artikelnya. Salam literasi

01 May
Balas



search

New Post